Kamis yang Manis

Now playing Nidji – Laskar pelangi

** **

Ku dengar suasana hati Mentari hari ini sedang baik, jadi aku memutuskan untuk bangun pagi. Benar saja. Dia sedang bersinar cerah di atas sana. Senyumnya menghangatkan. Setelah merapikan kasur, aku turun ke bawah untuk bersih-bersih rumah a.k.a menyapu.

Hari ini adalah jadwal adikku yang paling bontot masuk sekolah. Tiada pagi tanpa ketenteraman jika sudah menyangkut Ritdo.

Biasanya, ada saja kelakuannya yang membuat Ibuku naik pitam. Jika sudah begitu, keduanya akan saling berteriak lalu Ritdo akan ngambek dan mengunci diri di kamar. Untung tidak hari ini, meskipun tidak bisa dikatakan baik-baik saja juga, sih.

Teknik parenting? Kebanyakan orang di desa ini bahkan tidak mengerti kalau ada ilmu parenting. Mereka hanya menjalaninya begitu saja. Bukankah setiap orang tua memiliki caranya masing-masing?

Anyway, karena semalam tidak sempat mengerjakan PR (terlanjur mengantuk), Ritdo mengerjakannya terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Kemudian, aku membantu dia bersiap siap dan tepat pukul 7 pagi Ibuku mengantar nya berangkat ke sekolah.

Ternyata Mentari masih tersenyum. Lebih baik aku berjemur sebentar. Namun, tidak sampai 5 menit, Mentari malah sembunyi di balik awan. Dia malu sama siapa, sih?

Ya sudah, aku ke dapur saja. Ibuku sedang memasak (rupanya sudah kembali dari mengantar adikku) jadi aku mendekatinya. Aku menawarkan diri untuk membantunya – menggoreng ayam saja sebenarnya (sambil jengkel karena mendapat omelan).

Menu hari ini sederhana saja. Ayam goreng yang dibumbui santan pedas sedang untukku dan adik-adik dan terung dan ikan laut berkuah santan pedas banget untuk kakek ku. Kakek ku sangat pemilih soal makanan. Beliau tidak suka makanan yang tidak mengandung cabai karena menurutnya rasanya tidak enak dan hambar.

Memasak dua menu, kami menghabiskan kurang lebih satu setengah jam. Setelah hidangan siap, aku memutuskan untuk sarapan di kamar sambil menonton K-drama Tomorrow with You yang dibintangi Shin Min Ah dan Lee Je Hoon. For your information, drama ini sangat menguras tenaga dan air mata jika kamu cengeng (bercanda).

Beberapa jam kemudian, ketika aku sedang mencuci piring, Ritdo sudah kembali dari sekolah. Lalu, dia minta diambil kan makan. Dan minta disuapi juga. (Bocah tengik ini mempunyai terlalu banyak permintaan tapi aku tidak kuasa untuk menolaknya karena sebagai seorang anak bungsu dia selalu mendapatkan apa yang dia mau).

Kalau sudah berdua begini aku sering bertanya-tanya mengenai kegiatannya. Karena baru saja pulang dari sekolah, aku bertanya apa yang dia lakukan di sekolah tadi.

Kemudian, Ritdo akan bercerita panjang lebar dengan sangat antusias. Dia juga akan memperagakan langsung bagaimana sikapnya di sekolah.

Hari ini dia mempelajari perkalian. Semua murid ditunjuk dan ditanyai perkalian dasar dan Ritdo terlihat bangga karena dia berhasil menjawabnya (menghapalnya).

Aku juga punya adik sepupu yang seumuran dengan Ritdo. Namanya Amel. Tadi pagi dia sempat mampir untuk minta masker. Amel sering menginap dan tidur bersamaku. Terkadang dia dan Ritdo akan bertengkar karena mereka sama-sama ingin tidur denganku. Akhirnya setelah mereka berdua tertidur, aku harus mengalah dan berpindah kamar karena kamar ku menjadi sempit jika harus ditempati bertiga. Meskipun begitu, aku senang bersama mereka. Anak kecil selalu membawa kebahagiaan, jika tidak sedang menjengkelkan. Ehe.

***

Sebuah pesan dari orang yang tak kuharapkan – datang pagi ini. Dari jam terkirim nya, bertepatan dengan Ritdo pulang dari sekolah.

Aku sudah mempersiapkan hatiku untuk menerima yang terburuk. Ya, benar. Pesan pemberitahuan hasil dari wawancara ku di hari Senin kemarin. Makanya aku membacanya pelan-pelan dengan sangat berhati-hati agar tidak melewatkan satu patah kata pun.

Fortunately, I got ACCEPTED!

Sebagai orang yang ekspresif, aku menari-nari sambil terus mengucap Alhamdulillah. Aku menghampiri adik tengah ku di kamarnya (sebelah kamar ku) dan menyampaikan kabar gembira ini. Dia juga ikut senang dan terharu, kelihatannya.

Aku tidak pernah menyangka jika aku akan diterima magang di perusahaan start-up ini. Meskipun masih anak magang (intern), aku sudah sangat bersyukur. Allah memang maha baik.

Disaat keraguan ku akan kemampuan yang kumiliki mulai menyusup ke pikiran, Allah menunjukkan kebesarannya bahwa aku layak mendapatkan keberuntungan ini.

Ketika menyampaikan kabar ini kepada Ibuku, kulihat matanya berkaca-kaca. Ah, kenapa suasana nya jadi sendu begini.  Mataku jadi ikut berkaca-kaca. Aku tidak menyangka kebahagiaan Ibuku mendengar kabar ini melebihi kebahagiaan ku. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang, Ibu hanya mengucap syukur dan selamat kepadaku. Words of affirmation bukanlah bahasa cinta di keluarga kami, dan aku memahaminya.

Aku tahu dia sangat bangga padaku namun terlalu malu untuk mengatakannya. Aku bisa melihatnya dari caranya menatap ku. Matanya seolah ingin mengatakan sesuatu namun dia tak sanggup.

Melihat Ibuku begitu bahagia, aku jadi memiliki motivasi kuat bahwa aku mampu! Aku pasti bisa!

Ibu adalah sumber kekuatanku. Ibarat sebuah bunga, Ibu adalah kuntum nya yang akan selalu Ibu mekar sepanjang tahun. Ibarat sebuah api, ibu adalah api abadi.

Semangatnya tak pernah padam. Ibu adalah orang yang selalu mendukung ku dan tidak pernah meragukan ku. Dia selalu percaya bahwa suatu saat nanti aku pasti bisa mewujudkan semua cita-cita ku. Meskipun terkadang mimpiku terlalu tinggi, Ibu tidak pernah sekalipun meragukannya. Bagiku, setiap Ibu adalah pahlawan bagi anaknya. (Maaf jika ada yang tidak setuju tetapi aku sama sekali tidak bermaksud menyinggung).

Ibuku saja percaya bahwa aku bisa, jadi tidak ada alasan untuk mundur!

Disini lah perjalananku dimulai. Aku bisa saja menghadapi jalan terjal di depan sana, siapa yang tahu. Tapi yang ku tahu adalah aku akan tetap berjalan, bertahan, dan berusaha sekuat tenaga (kalau perlu pinjam tenaga nya Superman sekalian) untuk terus meraih mimpi-mimpi yang ingin ku wujudkan.

Apa sih, arti mimpi bagi kalian? Apa salah satu mimpi yang sudah atau ingin kalian wujudkan?

Cheers,

Rani.

Leave a comment